Dampak
Positif dan Negatif Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak)
DISUSUN
:
ENAS
KRISPA LORA (27211805)
SITI
SARAH (26211830)
WIJI
TRI CAHYANI (27211395)
KELAS :
1EB22
KELOMPOK :
13
KALIMALANG
APRIL
2012
Dampak
Positif dan Negatif Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak)
Kenaikan
BBM Harus Dilakukan
Rencana
pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan
dilaksanakan 1 April mendatang, menurut Mantan Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla, merupakan pilihan sulit bagi pemerintah.
Meski
begitu, JK -panggilan akrab Jusuf Kalla, menegaskan, kenaikan BBM dan
memangkas subsidi harus dilakukan, sehingga ada dana untuk kebutuhan
masyarakat, ketimbang subsidi yang hanya dinikmati oleh kalangan
masyarakat menengah ke atas, atau hanya mereka yang memiliki
kendaraan.
"Namanya
kebijakan pemerintah selalu identik dengan pilihan, khusus untuk
kenaikan BBM, saya pikir itu langkah yang baik. Sebab subsidi naik
tinggi dan membuat anggaran lain dikurangi, padahal subsidi tersebut
hanya bagi mereka yang punya mobil atau motor," tegasnya di
Gedung Negara Jayapura, Dok V, Kamis (22/3) usai melantik
kepengurusan PMI (Palang Merah Indonesia) Papua.
JK
menjelaskan, lebih baik subsidi dipangkas sehingga ada dana dari
hasil pangkasan tersebut yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
banyak orang, termasuk kalangan ekonomi lemah ke bawah. Misalnya
dengan dana tersebut bisa digunakan untuk membangun jalan, jembatan
atau rumah untuk warga.
"Coba
lihat yang sering isi besin kan mereka yang punya mobil, sementara
mereka adalah kalangan ekonomi yang baik. Bagaimana dengan mereka
yang tidak punya kendaraan," ujarnya.
Soal
adanya protes yang kian meluas terkait rencana kenaikan BBM ini,
menurut JK, hal tersebut karena pemerintah belum melakukan prakondisi
atau perencanaan yang baik, sebelum melakukan kenaikan BBM.
"Ketika
saya masih menjadi wakil presiden, saat itu pemerintah yang lebih
dulu melakukan penghematan, bukan masyarakat, sehingga masyarakat
tidak protes, namun saat ini kok masyarakat yang disuruh hemat,
sementara belum ada aksi dari pemerintah, makanya banyak yang
protes," tuturnya.
Apalagi,
ancaman devisit APBN jika harga BBM tidak naik tahun ini, menjadi
salah satu indikator bagi pemerintah untuk mengambil pilihan ini.
"Itu biasa, pemerintah sudah sering melakukan," kata JK.
Dikatakannya,
selama sepuluh tahun terakhir, pemerintah sudah menaikkan harga BBM
sebanyak tujuh kali. Ini membuktikan, fluktuasi harga minyak di pasar
internasional memberi pengaruh besar pada struktur APBN Indonesia.
"Pemerintah tak ada pilihan, makanya harus naikkan BBM,"
ujarnya.
JK
menilai pemerintah sudah punya strategi mencegah kebijakan seperti
ini guna menekan gejolak ekonomi nasional. Mekanisme BLT (Bantuan
Langsung Tunai) sudah sering diterapkan, merupakan salah satu solusi
yang harus ditempuh pemerintah saat ini.
"Saya
berharap agar pemerintah harus menerapkan sistem yang baik sebelum
menaikkan harga BBM, dan harus banyak memberikan sosialisasi kepada
masyarakat tentang dampak positif dari kenaikan BBM ini,"
harapnya.(cak/ade/fud/jpnn/agi)
Presiden
SBY : Harga BBM Harus Naik
Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan kenaikan harga BBM harus
dilakukan agar perekonomian Indonesia tetap kuat dan anggaran sehat.
Sementara anggota DPR dan pengamat ekonomi menilai, pemerintah salah
kaprah karena tidak melakukan kebijakan kenaikan harga itu sejak
2011.
“Jika
kebijakan populer yang diambil, yaitu tidak menaikkan harga BBM, maka
keadaan perekonomian Indonesia akan mandek dan begitu-begitu saja.
Kalau kebijakan populer, saya akan merasa bersalah dan berdosa karena
tahu ekonomi kita tidak sehat, ekonomi kita akan jatuh,” kata SBY
dalam keterangan persnya di Hotel Renaissance, Seoul, Korsel, seperti
dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, Kamis (29/3).
SBY
meminta semua pihak, tidak melihat kebijakan harga BBM, namun harus
melihat kebijakan ini sebagai opsi penyelamatan ekonomi Indonesia.
Karena itu, pemerintah telah memperhitungkan bagaimana memproteksi
rakyat yang terdampak akan kebijakan ini.
Secara
terpisah, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Gokar, Satya W
Yudha, mengatakan, pemerintah punya kewenangan sepenuhnya untuk
mengalokasikan subsidi tersebut. “Kita serahkan kepada pemerintah
untuk mengatur,” katanya.
Soal
kenaikan harga BBM subsidi, menurut dia, pemerintah melakukan
kesalahan fatal karena tidak melakukannya pada 2011 lalu. Padahal,
dalam UU APBN-P 2011, pemerintah diberikan kesempatan untuk melakukan
penyesuaian harga BBM alias menaikkan harga.
“Kesalahan
fatal pemerintah itu waktu 2011, dikasih fleksibilitas (menaikkan
harga BBM) tapi dia tidak jalanin,” tegasnya kepada pers di
Senayan, Jakarta, kemarin.
Satya
menyayangkan tindakan lamban pemerintah dalam menetapkan kebijakan
harga BBM subsidi ini. Akibatnya, masyarakat sudah merasakan dampak
naiknya harga-harga barang meski kenaikan harga BBM belum terjadi.
Menurut
pengamat ekonomi E-Think Telisa A. Falianty, keinginan pemerintah
untuk menaikkan BBM saat ini adalah tindakan yang salah kaprah. Sebab
dari sudut pandang politik, kenaikan harga BBM akan menimbulkan pro
dan kontra yang sangat kuat antara golongan oposisi dan koalisi
partai, karena kebijakan ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan
hidup rakyat.
Telisa
mengatakan, pemerintah juga harus memperhatikan konstelasi social,
ekonomi politik saat ini, melihat banyak demo dari masyarakat yang
berkembang di beberapa daerah di Indonesia. “Aneh jika pemerintah
tetap ngotot menaikkan BBM dengan Rp1.500. Sebaiknya pemerintah
memberlakukan win-win solution yaitu cukup naik Rp500 menjadi Rp
5.000 per liter, karena tidak berdampak besar bagi rakyat,”
ujarnya.
Sebelumnya,
Badan Anggaran DPR mengajukan dua opsi subsidi energi. Opsi pertama,
subsidi energi sebesar Rp 225 triliun dengan rincian subsidi BBM Rp
137 triliun, subsidi listrik Rp 65 triliun, dan cadangan risiko
fiskal energi Rp 23 triliun.
Sedangkan
opsi kedua adalah subsidi energi Rp 266 triliun dengan rincian
subsidi BBM Rp 178 triliun, subsidi listrik Rp 65 triliun, dan
cadangan risiko fiskal energi Rp 23 triliun.
Namun,
pemerintah cenderung memilih opsi pertama dengan konsekuensi
menaikkan harga BBM sebesar Rp 1.500 menjadi Rp 6.000 per liter.
Tetapi keputusan untuk menaikkan atau tidak akan diputuskan dalam
rapat paripurna DPR yang berlangsung hari ini (30/3).
Ekonom
yang juga ketua lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat Unika
Atmajaya Dr. Prasetyantoko menegaskan, jika pemerintah mau melihat
kepentingan masyarakat seharusnya tidak perlu ada kenaikan harga BBM.
Meski demikian, kebijakan yang diambil pemerintah sudah dapat
dipastikan pada 1 April 2012.
“Idealnya
kalau berpihak pada masyarakat seharusnya langkah menaikkan BBM tidak
ditempuh ya. Tapi kan itu sudah tidak bisa. Sekarang ini kenaikkan
BBM sudah bisa ditebak pasti akan ditempuh pemerintah”, ujarnya
kepada Neraca di Jakarta, Kamis (29/3).
Prasetyantoko
menilai, jika dilihat dari sisi APBN, pengurangan subsidi yang
diputuskan pemerintah dengan menaikkan harga BBM baik untuk jangka
panjang. Pasalnya, APBN bisa menjadi sumber pembiayaan negara dalam
menggerakkan perekonomian.
Namun
kenyataannya, menurut dia, pemerintah tidak menggunakkan APBN dengan
porsi dominasi ke sektor produktif. Selama ini dari sisi keberpihakan
pemerintah, secara sederhana, struktur APBN ada sekarang ini tidak
produktif. Cara paling baik untuk meningkatkan produktivitas
anggaran adalah menyalurkan penghematan subsidi BBM untuk melakukan
ekspansi pembangunan infrastruktur bukan ke belanja pegawai.
Berbagai
Sudut Pandang Tentang Kenaikan BBM
Dari
segi ekonomi, seharusnya asas-asas ekonomi negara ini berlandaskan
pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Dan hal ini
berarti prinsip ekonomi harus didasarkan pada asas kekeluargaan dan
usaha bersama dan kepentingan bersama, bukan pada asas kapitalisme.
Dalam hal menaikkan harga minyak sebagai komoditas penting dan
merupakan hajat hidup orang banyak, kenaikan harga minyak akan
menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Wacana menaikkan harga
BBM ini dikarenakan beban subsidi energi yang membengkak karena
melonjaknya harga minyak mentah di pasaran. Jika subsidi minyak
dihapus, hal ini akan berakibat pada harga minyak yang menjadi
ditentukan oleh harga pasar (liberalisme ekonomi) yang hal ini
berarti bertentangan dengan konstitusi.
Ada
banyak faktor yang akan mendapat imbas dari kenaikan harga BBM.
Kenaikan BBM akan meningkatkan biaya transportasi dan akan memberikan
efek berupa naiknya harga barang lain. Yang paling utama adalah
naiknya inflasi. Menurut pakar, jika terjadi kenaikan harga BBM
sebesar Rp 1500 akan terjadi kenaikan inflasi sebesar 7%, dan daya
beli masyarakat akan berkurang 7%. Ketika daya beli masyarakat
berkurang, otomatis sektor industri akan mengurangi produksinya dan
akan berimbas pada PHK besar besaran. Dan lingkaran setan ini akan
terus berlanjut.
Ada
dua hal yang bisa disodorkan kepada pemerintah menyikapi kenaikan
harga BBM ini.
Sebetulnya
bisa saja harga BBM tidak dinaikkan, tapi harus mengurangi kuota BBM
yang dikonsumsi. Secara logika, total biaya subsidi BBM yang harus
ditanggung pemerintah adalah besarnya subsidi per liter dikalikan
volume BBM yang dikonsumsi. Ketika pemerintah berencana mengurangi
subsidi BBM, alangkah baiknya jika dengan cara menekan jumlah
konsumsi BBM. Langkah kongkritnya adalah dengan menggalakkan sumber
energi alternatif. Seperti kita tahu, konsumen BBM terbesar adalah
sektor industri, apabila kebutuhan energinya bisa dikonversi ke batu
bara, beban subsidi negara ini akan berkurang. Hal lain yang juga
bisa dilakukan adalah meningkatkan pajak pertambahan nilai (PPn) dari
kendaraan bermotor. Hal ini akan meningkatkan harga kendaraan
bermotor akan naik dan berimplikasi pada jumlah pembelian bermotor
akan berkiurang. Selain itu langkah ini juga akan meningkatkan
pendapatan pemerintah dari sektor perpajakan. Namun, konsekuensi dari
langkah ini adlaah pemerintah wajib menyediakan sarana public
transportation yang nyaman dan murah, dalam hal ini adalah pemberian
subsidi terhadap tarif transportasi massal, dan dalam pengelolaannya
tidak diserahkan pada pihak swasta.
Indonesia
sebagai negara yang memiliki banyak kilang minyak, namun pemerintah
masih membeli minyaknya sendiri ke Pertamina dengan harga keekonomian
($80/barrel) namun dengan harga kerakyatan yang jauh lebih murah.
Karena hasil bumi indonesia yang seharusnya dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Sedangkan
dari sudut pandang rakyat kecil, kita bisa menilik beberapa hal.
Kenaikan BBM adalah salah satu bukti nyata bahwa pemerintah salah
urus terhadap negaranya. Sebenarnya BLSM (dulu BLT) itu tidak tepat
guna, karena dengan pembagian BLSM sebesar Rp 150.000 ber bulan itu
sebetulnya tidak mencukupi. Asumsikan kenaikan harga makanan dari Rp
5000 menjadi Rp 7000 per porsi, kenaikannya Rp 2000, anggaplan sehari
dua kali makan, dalam sebulan kenaikan kebutuhan sudah Rp 120.000,
balum lagi untuk kebutuhan lainnya. Pemberian BLSM itu lebih ke
tujuan politis, untuk pemenangan pada 2014 nanti. Pemberdayaan
masyarakat sebaiknya pada pemberian kail (misal mengadakan pelatihan
atau penyuluhan) ketimbang pemberian ikan (langsung memberikan
bantuan tunai).
Solusinya
bisa dengan menyetop impor kendaraan dari luar dan mengembangkan
kendaraan produksi dalam negeri, atau dengan komoditas-komoditas
lainnya yang sebetulnya kita mampu untuk memproduksinya sendiri.
Pengaruh
Kenaikan BBM pada Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan
Kebijakan
pemerintah untuk menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) pada bulan
April ini menyebabkan adanya pro dan kontra di masyarakat. Salah satu
alasan pemerintah yang diungkapkan adalah naiknya harga minyak dunia
sehingga subsidi BBM membebani anggaran APBN pemerintah. Kenaikan BBM
adalah salah satu solusi yang akan dilaksanakan dan tentu saja
membebani banyak masyarakat.
Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki berbagai sumber daya alam dan
sumber daya manusia Indonesia juga cukup besar baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Dibandingkan Negara lainnya potensi pasar
Indonesia cukup besar sebut saja negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia mereka sudah semakin maju. Bahkan Negara seperti Belanda,
Swiss, Jepang mereka Negara yang tidak memiliki sumber daya alam yang
besar tetapi kemajuannya luar biasa.
Mengapa
Indonesia yang begitu banyak sumber daya alam dan manusianya belum
mampu seperti mereka?
Bagaimana
kita mengelola negara ini ? kalau kita hanya sebagai bangsa konsumtif
maka kita akan dimanfaatkan sebagai pasar bagi banyak Negara, karena
memang jumlah penduduk kita yang sedemikian besar tingkat
kebutuhannya tinggi sungguh menarik bagi negara produsen produk. Oleh
sebab itulah saatnya Indonesia berusaha mengurangi impor dan
meningkatkan ekspor. Dengan demikian maka neraca keuangan negara akan
menjadi sehat.
Kebijakan
menaikan BBM tentu saja akan meningkatkan pemasukan pemerintah dan
dapat digunakan untuk melakukan perencanaan pembangunan negara. Namun
permasalahan klasik negara ini adalah dalam pengaturan anggaran
pemerintah. Kemanakah prioritas anggaran yang besar tersebut akan
dialokasikan?. Kalau salah maka menaikan harga BBM justru hanya akan
memberatkan masyarakat.
Beberapa
sektor vital yang terpengaruh adalah ekonomi, kesehatan dan
pendidikan. Dari sektor ekonomi masyarakat, akan berdampak pada
menurunya daya beli masyarakat karena kenaikan harga BBM maka akan
dibarengi dengan kenaikan tarif listrik, transportasi dan berbagai
jenis produk. Golongan masyarakat yang paling terkena dampaknya
adalah masyarakat miskin. Kebijakan pemerintah dalam memberikan
bantuan langsung tunai sangat bermanfaat bagi golongan ini.
Setidaknya dalam jangka pendek ekonomi mereka dapat terbantu.
Selanjutnya anggaran tersebut harus mampu dipergunakan dalam
meningkatkan ekonomi mikro. Kegiatan perdagangan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri perlu ditingkatkan dan dipenuhi sehingga
mengurangi impor, kemudian jika bisa produk kita di ekspor ke negara
lain. Janganlah kita menjadi ketergantungan dengan barang impor
terus.
Biaya
pendidikan terutama pendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi
akan semakin meningkat. Jangkauan masyarakat ekonomi rendah akan
sulit untuk melanjutkan pendidikan karena terbatasnya pendapatan dan
harga yang semakin tidak terjangkau. Fasilitas sekolah yang terbatas
dan bangunan yang rusak juga masih banyak. Belum lagi di beberapa
daerah jumlah sekolah tidak sebanding dengan jumlah penduduknya.
Kebijakan pemerintah dengan memberikan dana BOS adalah sudah tepat.
Subsidi BBM dapat juga perlu diprioritaskan pada pembangunan sekolah,
fasilitas sekolah dan beasiswa pendidikan tinggi bagi anak yang
berprestasi. SDM berpendidikan adalah investasi bangsa Indonesia
kedepannya.
Pemerintah
semestinya menyiapkan perencanaan jangka panjang dalam menyiapkan
sumber daya manusia sehingga bisa di latih mencapai tujuan tertentu.
Seperti contohnya kalau ingin membuat mobil maka kirimlah orang dalam
jumlah tertentu untuk belajar ke Negara maju. Selanjutnya setelah
selesai pendidikan mereka diberikan fasilitas untuk mengembangkan
kemampuanya hingga mampu membuat pabrik sendiri. Dengan demikian maka
tidak akan rugi mengirim orang belajar. Kenyataanya dari tahun 1970,
program beasiswa seperti ini tidak jelas alurnya sehingga tenaga ahli
yang sudah datang tidak diberdayakan dengan baik.
Sektor
kesehatan akan terkena dampaknya dimana biaya kesehatan yang
meningkat menyebabkan jangkauan layanan kesehatan menjadi sulit.
Ekonomi masyarakat yang rendah biasanya berhubungan dengan kondisi
sanitasi lingkungan yang tidak sehat. Meningkatnya kejadian gizi
kurang dan gizi buruk akibat terbatasnya pendapatan. Hal ini perlu
menjadi perhatian pemerintah selain hanya memberikan jaminan
kesehatan masyarakat juga memberikan pembinaan kesehatan pada
masyarakat. Peranan puskesmas sebagai ujung tombak kesehatan
masyarakat harus dikembalikan peranan utamanya dala upaya pencegahan
penyakit. Merevitalisasi program posyandu dalam membina kesehatan
masyarakat dan mendeteksi secara dini tumbuh kembang anak.
Pengaruh
Kenaikan BBM terhadap Daya Beli Masyarakat
Rencana
Pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan
berlakukan 1 April 2012, pasti akan membawa pengaruh secara langsung,
maupun tidak langsung terhadap daya beli masyarakat Indonesia secara
Umum. Pengaruhnya biasanya terjadi penurunan daya beli masyarakat
karena harga barang-barang, jasa dan tariff umum lainnya yang juga
ikut naik. Karena biasanya kenaikan BBM memicu kenaikan harga
barang-barang sembako seperti sembako dan barang konsumsi lainnya,
serta juga memicu kenaikan tariff jasa-jasa public, termasuk tariff
umum yang menyangkut fasilitas public, seperti tariff angkutan umum
dan angkutan barang, tariff ojek, tariff dasar listrik (TDL), dan
tariff umum lainnya.
Saat
ini (sebelum harga BBM naik) saja, kita sudah bisa melihat pengaruh
kenaikan BBM tersebut terhadap tarif-tarif umum seperti tariff dasar
listrik (TDL). Hal itu terlibat dari rencana pemerintah untuk
menaikkan untuk menaikkan TDL sebesar 10 persen, yang akan dinaikkan
secara bertahap, dan berlaku atau dimulai pada bulan Mei 2012.
Apalagi kalau nanti kalau BBM sudah naik? Maka besar kemungkinan akan
diikuti oleh kenaikan harga barang-barang dan jasa, serta tariff
lainnya.
Kalau
melihat alasan pemerintah dalam menaikkan harga BBM pada April 2012
ini, karena pemerintah ingin mengurangi subsidi konsumsi BBM, dan
mengalihkan subsidi tersebut ke sektor lainnya seperti, pembangunan
berbagai infrastruktur, peningkatan fasilitas pendidikan, kesehatan,
dan hal lainnya yang dirasa lebih penting.
Akibat
atau dampak dari kenaikan BBM kali ini, pemerintah pun berjanji
memberikan kompensasi kenaikan BBM tersebut kepada masyarakat yang
terimbas, terutama masyarakat miskin. Kompensasi tersebut diberikan
dalam empat paket, seperti isi buku edaran sosialisasi BBM yang
dibagi-bagikan pemerintah kepada masyarakat.
Kurang
lebih dalam buku itu, paket kompensasi yang disebutkan oleh
pemerintah adalah:
1.
Penambahan frekwensi jatah beras untuk rakyat miskin sebanyak 2
bulan dalam satu tahun. Yang mana sebelumnya 12 kali dalam setahun,
ditambah menjadi 14 kali dalam setahun, dengan harga tebus Rp.
1.600,- per kilogram.
2.
Memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyrakat (BLSM) berupa
dana tunai senilai Rp.150.000 per bulan. Penerima bantuan ini, adalah
sekitar 18,5 juta rumah tangga miskin.
3.
Memberikan tambahan beasiswa untuk rumah tangga miskin selama
enam bulan, dan
4.
Memberikan kompensasi kepada sektor transportasi sebesar Rp. 5
Trilyun. Tujuannya agar tariff atau tiket angkutan kelas ekonomi
tidak naik seiring dengan kenaikan BBM.
Sehingga
harapannya, kompensasi yang dibeikan ini, bisa membantu mengurangi
beban masyarakat, terutama masyarakat miskin yang terkena dampak dari
kenaikan BBM.
Nah,
kalau kita analisa lebih jauh semua uraian diatas, walaupun ada
kompensasi, tapi kenaikan BBM sepertinya tetap, akan berdampak atau
membawa pengaruh, atau masalah baru terhadap masyarakat. Antara lain:
a.
Rumah Tangga yang sebelum BBM naik ini masih belum tergolong
miskin (masyarakat golongan ekonomi menengah), nanti setelah BBM
naik, besar kemungkinan bisa jatuh miskin karena harga-harga yang
ikut naik.
b.
Setelah harga naik, akhirnya daya beli dari masyarakat itu
menjadi menurun dan pengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan geliat
pasar secara umum.
c.
Aktivitas ekonomi atau geliat pasar menurun, mengakibatkan
sektor usaha terutama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) jadi ikut
lesu dan makin susah bersaing, dan menimbulkan pengangguran. Walaupun
pemerintah juga menjanjikan Kompensasi bagi UMKM yang terimbas
kenaikan BBM.
d.
Dan akibat-akibat, serta pengaruh lainnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap masyarakat.
Namun
terlepas dari itu, penulis sebagai rakyat tetap berharap, semoga
masyarakat dan pemerintah bisa menyiasati dengan cerdas, agar
kenaikan BBM ini tidak terlalu menimbulkan dampak negative yang
meluas terhadap kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Sikap
Kami Terhadap Kenaikan BBM
Seperti
yang kita ketahui, Indonesia lagi “panas” tentang isu kenaikan
BBM. Bagaimana sikap kita? Bagaimana sikap kami? Supaya adil, kami
akan mencoba objektif menjelaskan dari beberapa sudut pandang untuk
dianalisis kemudian disimpulkan.
“Berpikir
objektif sangat penting untuk pengambilan sikap yang tepat. Dinginkan
kepala, lalu berpikir.”
1.
Sudut Pandang Pemerintah
Alasan
pemerintah adalah untuk menyelamatkan negara dari anggaran yang
membengkak. Hal ini disebabkan karena harga minyak dunia naik
sehingga beban subsidi BBM akan bertambah besar. Mau tidak mau harga
harus naik!
2.
Sudut Pandang Pengusaha
BBM
naik menyebabkan biaya operasional naik. Hal ini bisa dicover dengan
naikin harga barang yang diproduksi.
3.
Sudut Pandang Akademisi
BBM
naik menyebabkan harga barang naik. Rakyat makin susah. Tolak!
4.
Sudut Pandang Masyarakat
Pasrah,
cuma bisa terima.
5.
Sudut Pandang Parpol Oposisi
BBM
naik, rakyat merasa susah! Ayo tolak ramai-ramai !
Sekarang
masuk ke analisis kami.
Benarkah
sudut pandang pemerintah?
Adalah
hal yang benar jika harga minyak dunia naik, maka subsidi BBM akan
bertambah. Ada yang tidak setuju, katanya harga minyak jangan
ngikutin harga minyak dunia. Penjelasannya simpel, Indonesia belum
bisa memenuhi kebutuhan minyaknya sendiri. Masih harus impor makanya
harga BBM kita masih bergantung sama harga minyak dunia.
Lalu
muncul analisis ekonom Pak Kwik yang menjelaskan bahwa harga minyak
naik, pemerintah masih untung, jadi tidak perlu naik.
Hal
ini memang benar jika dilihat dari satu sisi saja. Secara ekonomi
memang dari hasil jual beli BBM meskipun pemerintah memberikan
subsidi Pertamina tetap memberikan keuntungan! Lantas mengapa harus
naik?
Disini
kami menjelaskan alasan yang paling tepat mengapa BBM harus naik.
“Meningkatkan Efisiensi Anggaran”. Seperti yang kita ketahui,
subsidi BBM ini banyak yang salah sasaran. Contohnya?
Entah
sudah berapa banyak BBM subsidi yang habis kebakar karena macet.
Habis kebakar buat lomba balapan liar. Habis kebakar cuma karena
gengsi ingin ke kampus menggunakan mobil, dan banyak contoh lainnya.
Apakah tepat sasaran?
Jadi
subsidi BBM yang berhasil dihemat bisa digunakan untuk pembangunan
infrastruktur, pendidikan dan kesehatan buat masyarakat miskin yang
jelas lebih tepat sasaran.
Tapi
apakah berarti pemerintah benar? Tidak seluruhnya! Ada celahnya.
Benar bahwa peningkatan efisiensi anggaran bisa dilakukan dengan
mengurangi subsidi BBM yang salah sasaran, tetapi peningkatan
efisiensi juga harus dilakukan di bidang yang lain!
FYI
salah satu penyebab APBN membengkak adalah reformasi birokrasi,
dimana gaji PNS dinaikkan dengan tujuan mengurangi korupsi dan
meningkatkan performa kinerja pemerintah. Hasilnya? Gaji naik tapi
korupsi jalan terus! Pemerintah juga terlihat tidak ada upaya serius
untuk memerangi korupsi bahkan KPK ingin dikebiri lagi oleh DPR
tercinta. Belum lagi isu Banggar DPR yang boros! Renovasi ruang rapat
dan toilet yang menghabiskan uang milyaran, dan banyak kasus lainnya.
Jadi
sampai disini kesannya, peningkatan efisiensi anggaran dibebankan
kepada masyarakat saja. Kita disuruh bayar BBM lebih mahal, tapi
pemerintah masih korupsi. Tidak meningkatkan efisiensi birokrasi yang
justru penghematannya bisa jadi lebih besar daripada menaikkan harga
BBM.
Inilah
yang menyebabkan penolakan dari orang-orang yang cerdas. Mereka
tidak percaya bahwa pemerintah dapat menggunakan subsidi yang
berhasil dihemat dengan bijak. “Paling dikorupsi lagi”, ujar
masyarakat. Selain itu solusi yang ditawarkan adalah Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat. Selain rawan diselewengkan oleh oknum tidak
bertanggung jawab, ini merupakan solusi sementara saja untuk
memanjangkan umur masyarakat miskin.